Sejak Adanya Penangkapan Kayu Hampir sepekan

Rusky, Kalau Tak Kerja Apa Mau Kami Makan

Pasca pengerebekan salah satu galangan kapal (Dok) yang telah di beritakan media ini pada edisi sebelumnya di jalan Pelabuhan Baru, Kelurahan Bagan Barat, Kecamatan Bangko***
ROKAN HILIR - Pasca pengerebekan salah satu galangan kapal (Dok) yang telah di beritakan media ini pada edisi sebelumnya di jalan Pelabuhan Baru, Kelurahan Bagan Barat, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir-Riau oleh satuan Ditreskrimsus Polda Riau, saat ini terpantau sejumlah galang kapal di Bagansiapiapi tidak lagi beraktivitas seperti biasanya.

Diketahui dalam sepekan ini para buruh harian yang berkerja di usaha galangan kapal mengaku tidak beraktivitas karena galangan kapal tempat mereka berkerja tutup. Para buruh mengeluh dan merasa tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluaga. 

Hal ini disampaikan oleh salah seorang buruh tarik kayu, Ruski, saat di temui awak media  di Jalan Gg. Pembangunan, Kelurahan Bagan Barat, Senin (10/9/2018).

“ Tempat kerja kami satu-satunya di galangan kapal ini, Jika galangan kapal ini tutup apa yang mau kami makan, dan nyengolahkan anak kami, sebagai buruh  yang kami harapkan upah kerja  menarik kayu di dok ini,” ungkap Ruski.

Ruski menyatakan, sejak adanya penangkapan kayu hampir sepekan ini Ia bersama teman-teman buruh yang lainnya tidak lagi bisa berkerja karena galangan kapal tutup.

“kami usaha lain tak ado, kebun sawit kami tak ado, di dok ko lah satu-satunyo tompek kami bokojo. harapan kami dengan pemerintah supayo dilancarkan lah usaha galangan kapal seperti biasonyo supayo kami buruh ko dapek bokojo,”harap Ruski dengan logat melayu Rohil .

Sementara itu, ditempat yang sama, Aisah warga Jalan Pembangunan, RT. 02 Kelurahan Bagan Barat salah seorang istri buruh dok galangan kapal menyatakan bahwa akibat dari tutupnya galangan kapal suami dan anak menantunya tidak dapat lagi berkerja seperti biasanya di galangan kapal kayu yang berada di sekitar rumahnya.

“Suami dan anak menantu kami tidak bisa lagi berkerja, kemana arah kami mau mengadu, apa yang mau kami makan kalau dok ini tutup, apakah suami dan anak-anak kami harus merampok untuk makan,” ungkap Aisah dengan penuh harapan agar galangan tidak tutup.

Kata Aisah, galangan kapal merupakan tempat keluarganya bergantung hidup, suami dan anak menantunya berkerja di galangan kapal secara turun menurun.

“ kerja tak dapat, minggu ini tak ada dua hari terima gaji, karena suami dan anak kami tak bisa berkerja, sebentar ada telpon masuk ada orang datang, dan bergesa-gesa turun melompat dari atas kapal, nyaris-nyaris mati, kalau mati siapa yang mau bertanggungjawab,” ujarnya kesal.

Ibu rumah tangga ini juga mengaharapkan agar galangan kapal bisa terus berjalan, karena galangan kapal satu-satunya  tempat keluarganya bergantung hidup dan untuk biaya menyengolahkan anak-anaknya.

“kebun kami tak ada, hanya dok kapal ini lah merupakan kebun kami  untuk bergantung hidup. Harapan kami agar dok buka seperti biasanya, tidak dilarang agar kami dapat makan,” tandasnya.

Pantauan media ini, Senin (10/9/2018) di salah satu usaha galangan kapal ysng berada di jalan Gg. Pembangunan Bagansiapiapi. Tidak seperti hari-hari biasanya, tak terdengar suara mesin ketam kayu maupun suara mesin senso. Tampak sejumlah buruh hanya duduk dan berbincang-bincang menunggu kabar kapan mereka bisa berkerja lagi. (Spt/Mtnc)***
TERKAIT