Yakin 70 Persen Dana Desa Pasti Di Koruosi

Angka Kemiskinan Tinggi, Aparat Hukum Di Nisel Dinilai Lemah

Sekretaris Komisi C DPRD Nisel Serius Halu***
MEDIATRANSNEWS,  PEKANBARU - Berbicara di hadapan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat saat berkunjung ke Nias Sumatera Utara Agustus 2016 silam, Presiden Joko Widodo menitipkan pesan agar fokus terhadap pengembangan pariwisata dan perikanan sesuai potensi yang ada di daerah tersebut. Sayang pesan Presiden tersebut tak mendapat perhatian Bupati Nias Selatan (Nisel) Hilarius Duha.

Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Komisi C DPRD Nisel Serius Halu disela-sela kunjungan kerja di Pekanbaru-riau saat dikonfirmasi, Jumat (09/03/18).

"Kalau saja Bupati Hilarius fokus pada pengembangan potensi daerah, saya yakin tingkat kemiskinan di Nisel yang kini mencapai 40 persen bisa ditekan", ujar politisi PKPI Nisel didampingi yang Ketua DPD PAN Nisel Ya,aro Ziduhu Zamili.

Ia mengatakan, bukti ketidakfokusan Bupati terlihat dari kurangnya promosi dari Pemda. Hal ini juga diperparah dengan minimnya sarana dan prasarana seperti infrastruktur jalan menuju tempat wisata. 

Tak sampai disitu, kinerja Bupati Hilarius juga dalam menempatkan pejabat juga dinilai amburadul. Sebagai contoh, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayan Pemuda dan Olah Raga yang berlatar Pertanian.
 
"Ini kan tak sesuai dengan background. Jadi bagaimana mungkin potensi yang ada bisa dikembangkan jika penempatan pejabat seprti itu sama saja dengan cara cara yang dilakukan Bupati Idealisman Dachi sebelumnya", ujar anggota dewan asal Dapil Pulau Pulau Batu tersebut.
 
Ia mengatakan kalau saja fokus untuk menekan angka kemiskinan di Nisel, semestinya Bupati Hilarius gencar melakukan promosi keluar daerah dan mendatangkan investor sesuai potensi yang dimiliki daerah itu semdiri  sehingga dengan demikian bisa membuka lapangan kerja, ujar Serius Halu.
 
Hal senada juga diungkapkan Ketua DPD PAN Nisel Ya,aro Ziduhu Zamili. Ia mengatakan kemiskinan dan keterpurukan ekonomi Nisel tidak terlepas dari suburnya praktek korupsi di 35 Kecamatan dengan 459 desa di wilayah Kabupaten Nisel. Dana desa dari pemerintah pusat misalnya, banyak dikorupsi.

"Coba saja misalnya dana desa yang berkisar Rp 600 sampai 700 juta per desa hanya bisa membangun jalan semenisasi 40 meter dengan lebar 3 meter saja.

Kalau saya hitung biaya untuk satu meter tak lebih dari Rp 500 ribu saja. Disitu sudah komplit termasuk material, gaji tukang dan lain sebagainya. Pertanyaannya kemana sisa dana desa tersebut kalau bukan dikorupsi”, tuding Ya,aro Z.

Disisi lain ucap Ya,aro, laporan masyarakat kepada aparat penegak hukum juga bagaikan sampah yang tak berguna. Ia pun meyakini bahwa 70 persen dana desa dikorup oleh aparat yang menangani Alokasi Dana Desa (ADD).

"Buktinya ratusan laporan masyarakat tentang dugaan korupsi dana desa baik ke Kepolisian maupun  ke Kejaksaan tak pernah diproses alias selalu dipetieskan", ujar Arojiduhu kecewa. (Mtnc)***
TERKAIT